Sebutan Untuk Hubungan Seks


Boy: "Disebut apa ketika 3 orang berhubungan seks?"

Gadis: "Threesome."

Boy: "Disebut apa ketika dua orang berhubungan seks?"

Gadis: "Twosome"

Boy: "Sekarang Engkau tahu mengapa mereka memanggil saya 'handsome'."

ketawa.com

Pelangi di Malam Hari

Ah, dia muncul lagi di depanku. Ini membuatku semakin tak mampu untuk melupakannya. Berbagai cara telah kulakukan untuk melupakan semua tentangnya, namun hasilnya nihil. Aku tak berhasil.
Sudah lebih dari 5 tahun aku mendambanya. Namun, saat takdir tak berpihak kepadaku ya dengan terpaksa aku akan menerimanya seperti saat ini. Dia diapit oleh seorang perempuan yang mungkin sudah ku kenal karena dia adalah teman sekelasku. Rizal – itulah nama lelaki yang sedang berlenggang mesra dengan perempuan itu. Sakit hati yang mendalam sudah menjadi sarapan sehari-hari untukku dan tentunya makan siangku juga. Aku kesal melihat mereka begitu mesra hingga membuat setiap mata memandang akan iri melihatnya.
“Sabar Din, mungkin ini cobaan.” ledek sahabatku ini. Memang dia tahu benar yang sedang kurasakan dan aku hanya dapat mendengus kesal. Ingin sekali aku menjambak rambut Katrina itu yang tengah mengapit erat tangan Rizal.
“Apa sih Res kurangku? Apa aku kurang sabar menantinya? Padahal semua hal sudah kulakukan untuk mendapatkannya. Bahkan aku sudah mengatakan isi hatiku kepadanya. Apa itu belum cukup?” tak kuasa melihat tingkah mereka berdua aku pun menangis dan menumpahkan semua airmataku.
“Sudahlah jangan begini. Jangan menangis Dinda. Bukankah cinta itu tak harus memiliki? Mungkin dia dapat merasakannya di kemudian hari.” Reska mencoba menenangkanku yang tengah menangis dan beranjak pergi.
Malam ini memang begitu indah, sejuta bintang pun tempil menghiasi cakrawala malam dan ikut serta menemani bulan. Aku termenung memikirkan kelanjutan kisah cintaku dengannya. Masihkah aku harus menunggunya atau mengakhirinya? Pertanyaan inilah yang tengah membayang-bayangiku tanpa aku tahu jawaban pastinya. Aku tau dia tak pernah melihatku, bahkan mungkin dia tidak pernah menganggap pernah mengenalku. Jika mengingat kenyataan ini, makin mustahil untukku memiliki Rizal. Egoku yang tinggi sangat mengendalikan semua gerak tubuh dan hati untuk menolak takdir bahwa dia bukanlah untukku. Aku selalu berusaha membantah jika dia tidak bisa kuharapkan.
Mungkin kata orang itu benar. Aku menunggunya bagai, menunggu Pelangi di Malam Hari.

cerpenmu.com

Senja di Serambi Rumah

Matahari telah kembali ke peraduannya. Sinarnya telah tergantikan oleh gelap. Perannya telah selesai. Jam kerjanya pun telah usai. Kini tinggal sang penjaga malam datang mengisi kekosongan.
Aku terduduk di serambi rumah. Memasang telingga untuk diisi oleh kumandang adzan maghrib. Celotehan ibu tak membangkitkanku untuk masuk.
“Anak perawan jangan duduk di teras ketika Maghrib. Masuk.”
“Sebentar lagi bu,” jawabku hanya untuk menghentikan celotehan Ibu.
Suasana senja kali ini menyemangatkan pikiranku untuk bergerilya untuk menuju masa-masa yang kini telah menyublim menjadi kenangan. Aku memutar DVD yang ada di memori otakku tantang kau, Rendi.
Semilir angin senja begitu terasa menyengat kulit mengalir ke seluruh urat nadi dan menusuk ke lumbung hati. Saat angin senja seperti ini, beberapa tahun silam kau duduk di sampingku. Tak pernah kau biarkan sebelah bangku ini kosong. Tak pernah kau biarkan bibir ini mengatup tanpa senyum.
Di senja seperti ini kau pernah datang, mengusap pipiku yang basah karena hujan, kau mekarkan hati ini dan tak kau biarkan mulut ini terbungkam. Setiap kata bijak yang keluar dari mulutmu adalah penenang bagi jiwaku.
Aku mencintaimu, Rendi. Rasanya tidak ingin kalau harus berpisah. Aku akan menjadi raga tanpa tulang. Tak bisa berdiri. Tak bisa menguyah makan. Aku tak bisa menyebutmu sebagai kenangan.
Aku hanya melihat kau terdiam. Wajahmu terlihat ragu. Tapi aku tak mau menaruh curiga padamu. Apalagi tentang hubunganmu dengan sahabatku Lina. Tapi ada keraguan dalam hatiku, saat usapan tanganmu mulai menjauh dari pipiku.
Malam minggu ini aku terduduk seperti biasa di serambi rumah. Menantikan kehadiranmu yang tanpa terpanggil pasti kan hadir.
Aneh. Jam telah melewati adzan isya, aku pun telah sempatkan untuk berdo’a. namun belum juga terdengar ketukan pintu darimu saat aku telah tinggalkan serambi itu. Bahkan ujung kuncup hidungmu itu pun tak terlintas melewati hidungku.
“Ada dimana mas Rendi? Kenapa tak datang? Sibuk kah mas?”
Berulang kali laporan pesan terkirim melintas di beranda handphone ku. Namun tiada balas darimu. Haruskah malam minggu ini aku hampa tanpa kehadiranmu? Tiadanya kabar darimu telah membuat pikiranku terisi oleh kegelapan malam tanpa bintang.
Apakah Lina telah menynyikan lagu nina bobo sehingga kau terlelap diranjang hatinya? Ataukah dia telah mengotori otakmu dengan jambi-jambi warisan nenek moyangnya? Aaaaaccchhh… tiada hentinya pikiranku bertanya-tanya tiada hentinya. Tapi tiada jawab.
Gelengan kepalamu selalu menjadi pemandangan atas semua jawabanmu. Kau bilang kau akan setia kepadaku, selalu mencintaiku dan akan segera melamarku. Deretan kalimat itu selalu bersenandung seperti lagu yang kau nyanyikan. Dan lagi-lagi aku terbius oleh bualanmu. Walau kerap kali aku mendengar kedekatanmu dengan Lina.
Malam semakin larut. Tak ingin aku biarkan kehitaman mengisi pikiranku. Lebih baik segera aku istirahatkan pikiran ini. Berharap esok pagi mentari mengajarkanku tentang kebijaksanaan. Tak pandang bulu. Dan aaaccchhh… ku tutup mataku dan terbang.
Mentari telah beranjak dari peraduannya. Aku pun telah siap dengan seragam kerjaku. Berjas putih dan celana putih. Ku urai separuh rambutku dan ku pasang jepit bunga di pemisahnya. Anggun. Aku memang terlihat begitu anggun. Mungkin ini yang membuatku dicintai oleh Rendi.
Benak ini kembali tertancap belati yang kau kirimkan bagai santet yang datang menghujam tiba-tiba. Seketika, keanggunanku hilang bagitu saja. Pikiranku semakin cepat bergrilya menghujamkan beribu tanya yang aku sendiri tak tahu jawabnya.
Akankah dia datang menjemputku? Seperti pagi-pagi biasanya dan mengantarkanku berangkat kerja sebelum dia sendiri beranjak ke pekerjaannya. Namun mentari semakin terik menyinari bumi. Waktu pun semakin berjalan maju. Alangkah bodohnya apabila aku hanya menunggunya yang tak kunjung datang. Menunggunya dan pastinya berangkat terlambat itu berarti menantang pemimpin dan mempermalukan diri sendiri di depan rakyat.
Alangkah pintarnya apabila aku berangkat sendiri dengan sepeda motor yang aku punyai. Tapi dia akan marah apabila aku tinggal. Tapi aku akan terlambat apabila menunggunya. Sudahlah. Aku segera meraih kunci motor di meja riasku. Aku segera beranjak dari peraduanku dan melangkah menuju tempat penentu masa depan.
Serasa baru kemarin ku pijaki senin setelah malam kehampaan, kini aku kembali dipertemukan dengan senin yang kelima setelah malam kehampaan. Dan aku tetap hampa. Masih hampa.
Ruang kerjaku terasa sepi. Meja kerja dan lembaran-lembaran kerja bagai ikut merasakan kehampaan yang sedang menghujam jiwaku. Bunyi tambun mainan para pekerja bangunan pun tak dapat pecahkan keheningan yang menghujam. Aku serasa mati. Tak ada pekerjaan yang dapat aku selesaikan selincah dulu. Selincah aku menari di panggung saat menjajaki dunia teater.
Semuanya hancur. Kacau. Bagai petugas lighting yang teledor dalam memblackout lampu panggung hingga menciptakan kekacauan. Perkataan dari hasil penilaian para tetangga membuat perasaanku semakin kacau.
Aku masih ingat di malam minggu kemarin, pernah seorang tetanggaku datang dengan kekasihnya menghampiri saat aku tengah tenggelam dalam keheningan malam dan kehampaan perasaan. Mereka mengabariku tentang suatu hal yang membuatku ingin putus darimu, Rendi.
“Hai, mengapa kamu masih disini? Rendi sudah menunggumu di gardu, tadi aku bertemu dengannya disana. Mengapa kau masih saja disini?”
Aku hanya menggeleng. Melihat reaksiku yang dingin, sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara itu langsung beranjak meninggalkanku. Aku hanya bisa melongo mendengar pernyataan itu. Tiada janji yang ku ikat dengan Rendi malam ini. Bahkan sudah lama tak ku pijaki diri di hadapannya.
Rasa penasaran dalam serbuan beribu pertanyaan menghantui. Aku beranjak dari serambi. Aku berdiri di depan rumahku. Ku arahkan pandangan mataku menuju ke arah gardu yang terpampang jelas apabila dilihat dari halaman rumahku.
Ya. Aku dapati rendi. Dia mengenakan baju yang biasa dia pakai saat aku dan Rendi tengah berjauh hubungan. Aku mendapati dia sendiri, mungkin tengah menunggu seseorang. Terpampang di wajahnya dia tengah gelisah menunggu. Terpikir untuk menghampiri dan menanyakan sesuatu padanya, semua keinginan terpatahkan bahkan batal. Seorang gadis yanng sepertinya aku kenal datang dari arah berlawanan dan langsung mencumbu Rendi.
Perasaanku terpontang-panting bagai kapal berlayar di tengah laut saat ombak pasang, saat ku dapati jawaban bahwa gadis itu adalah Lina, sahabatku. Aku seperti tengah melakoni operasi pencangkokkan hati tanpa pengaruh obat bius. Tubuhku terbang melayang lalu jatuh terhempas dengan dahsyatnya. Otakku serasa tercabik-cabik gading singga kelaparan.
Tanpa sadar. Panasnya sinar mentari telah lelehkan gumpalan es di daerah kutub utara. Semua panca indraku tak berfungsi sempurna bahkan telah tak berfungsi. Sepintas aku seolah mendengar panggilan dari suara yang ku kenal, seperti suara Ibu. Tapi suara itu hanya memantul dan memantul entah kemana. Sampai akhirnya aku dapati semua pandanganku terasa gelap. Semuanya gelap. Dan menjadi gelap.
Senja kali ini aku telah membuka mata, membuka telinga, membuka perasaan untuk dapat menerima kenyataan. Aku telah lama tertidur. Sepanjang tidurku mimpi buruk selalu menerjang. Kemarau panjang pun ikut menghujam.
Beribu kalimat menyusup ke telinga. Rendi dan Lina akan menikah sebentar lagi. Dalam tidurku aku telah mempersiapkan jiwaku untuk semua ini.
Rendi, aku mencintaimu. Mungkin karena itu aku jadi tak sanggup melihat semua kenyataan. Satu dosa yang dapat aku maafkan Rendi, kau tak putuskan hubungan antara kita berdua.
Aku hanya dapat menyalamimu saat hari pernikahan. Senyum palsu dalam irisan hati yang tersayat bertebaran dalam kelam.
Sadar. Aku harus sadar. Kau akan menjadi kenangan dalam benakku. Lukisan tinta emas yang kau torehkan dalam kehidupan akan aku tutup. Berharap suatu saat kau akkan bersilaturahmi denganku dalam batin yang berbeda.
“Kharisma cepat masuk…,” teriak Ibu dari dalam rumah.
Semua pecah memoriku kembali ke zaman modern. Yang lalu biarlah berlalu. Mimpiku selama ini adalah mimpi bersama Rio. Penggantimu Rendi.
“Kharisma…”
“Iya bu…”
THE END
cerpenmu.com

Angela 12

Aku semakin terpacu dan bersemangat, Bidadariku menginginkan aku ejakulasi di dalam vaginanya. Saat ini penisku pun sudah benar-benar dalam keadaan yang sangat sensitif.
“Ko Indra.. Aku sudah.. nggak tahan lagi..”
“Sebentar ya.. Tahan sedikit lagi..”
Aku menginginkan kami mencapai orgasme bersama-sama. Beberapa saat kemudian,
“Ko Indra.. Argh..”
“Angela..”
Secara bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan duniawi bersama-sama. Pinggulku terangkat ke atas dan pinggulnya menekan ke bawah dengan sepenuh tenaga, sehingga kejantananku tertanam dalam lembah cintanya dalam-dalam. Sebuah gelombang orgasme yang panjang mengawali puncak kenikmatan kami. Angela berteriak seiring dengan gelombang pasang naik orgasmenya yang dahsyat. Orgasme yang kami rasakan serasa tiada habis-habisnya. Penisku mengeluarkan madu putihku terus menerus karena diperah oleh otot-otot vaginanya yang terus berkontraksi. Angela pun merasakan hal yang sama, orgasmenya serasa tiada akhir.

Akhirnya Angela roboh kehabisan tenaga dan jatuh di dalam pelukanku. Nafasnya masih memburu dan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kami saling berpelukan tanpa memisahkan diri. Kubelai-belai punggung dan kepalanya.
“Angela.. Kamu benar-benar hebat.. Tidak kusangka kita bisa berorgasme sepanjang dan selama ini..” pujiku.
“Ko Indra yang hebat.. Aku benar-benar beruntung.. Ini adalah pengalaman seks ku yang paling hebat..”
Kubelai Angeladengan penuh kasih sayang. Tidak lama kemudian kami masuk kamar mandi bersama-sama. Air pancuran yang hangat membawa kesegaran yang menenangkan. Ku gosok tubuh Angela yang mungil dengan sabun. Ia pun melakukan hal yang sama. Tanganku meluncur di atas tubuhnya yang licin dan basah. Payudaranya tidak dapat kuremas karena licinnya sabun. Tubuhku kembali diselimuti dengan perasaan erotis yang sensual. Tidak dapat dihindari lagi, kejantananku langsung terpanggil dan menyahut dengan siaga.
“Ko Indra..” seru Angela dengan nada yang takjub.
“Masa Ko Indra terangsang lagi? Padahal kan tadi kita sudah ML begitu lama, dan Ko Indra pun sudah orgasme beberapa kali. Masa sekarang sudah ereksi lagi?”
Angeka membelai-belai penisku yang masih diselimuti oleh sabun.

“Angela sayang, ini semua gara-gara Angela. Siapa suruh Angela begitu cantik dan seksi, sampai Adik kecil pun tidak dapat menahan nafsu. Apa Angela suka?”
“Tentu saja aku sayang sekali dengan si kecil yang perkasa, yang sudah membuatku orgasme berkali-kali dan merasakan kenikmatan yang tidak ada bandingannya.”
Angela segera membersihkan sabun yang ada pada kejantananku. Tanganku meremas-remas vaginanya sambil membersihkan sisa-sisa sabun. Raut wajah Angela terlihat penuh dengan antisipasi atas apa yang akan berikutnya terjadi. Setelah bersih, Angela langsung mengarahkan penisku ke vaginanya. Kejantananku berada di dalam kenikmatan duniawi yang hangat dan basah. Di bawah siraman air hangat kembali kami bersetubuh dengan penuh nafsu.
Desahan manja dan kenimatan bercampur menciptakan rangsangan exotis. Irama persetubuhan kami makin lama makin cepat. Angela memeluk tubuhku erat-erat supaya tidak jatuh lemas. Dengan kaki kanannya yang kutahan dengan lenganku, penisku meluncur jauh ke dalam dan keluar sampai ke ujungnya. bagaikan koreografi pada sebuah film yang berkualitas, kami mengalami puncak kenikmatan secara bersama-sama. Suara desahan meluncur keluar, tubuhku bergetar dengan hebat. Seperti yang telah Angela antisipasi sebelumnya, kenikmatan orgasmenya menguasai semua akal sehatnya. Di dalam hatinya, ia telah menyerahkan tubuhnya, perasaannya, semuanya untuk kenikmatan yang telah kuberikan.
Saat-saatku bersama dengan Angela adalah romantika yang indah penuh dengan nafsu. Kami masih sering bertemu dan bersetubuh dengan hebat dan liar. Entah kenapa, kami tidak pernah memutuskan untuk menikah.



Selesai

Angela 11

“Semakin lama aku semakin kecanduan, akhirnya dengan menahan malu aku nekat membeli sepasang pantyhose di supermarket terdekat. Kubawa pulang dan langsung kukenakan. Penisku menjulang tinggi, ketika kakiku saling bersentuhan, rasanya aku langsung mabuk kepayang. Benar-benar sensual. Kukeluarkan penisku dan aku bermasturbasi.”
Angela membuka matanya dan menatap wajahku dengan penuh rasa ingin tahu, sambil me-masturbasikan penisku.
“Seperti ini?” tanya Angela.
Kakinya digosok-gosokkan ke kakiku. Setiap gesekan menimbulkan gelombang-gelombang listrik kenikmatan ke seluruh badanku.
“Akhirnya aku mempunyai banyak koleksi pantyhose dan stocking namun yang benar-benar bagus dan enak dipakai hanya beberapa merk. Aku juga suka mencari gambar-gambar model yang memakai pantyhose maupun stocking atau lingerie di internet. Aku selalu bermasturbasi dengan koleksi-koleksiku. Kelihatannya ceritaku membuat Angela horny. Sekarang ini ia sedang menjilati putingku.
“Semua teman wanita yang kukenal tidak ada yang suka memakai pantyhose atau stocking. Aku suka sekali pergi ke pameran mobil berskala besar karena SPG nya cantik-cantik dan hampir semuanya memakai pantyhose. Sampai akhirnya aku melihat kamu memakai kemeja lengan pendek putih, rok coklat dan pantyhose. Rasanya aku ingin langsung bercinta dengan Adik teman baikku ini.”
Angela meninggalkan putingku dan mengulum mulutku, tangannya semakin agresif memainkan penisku.
 “Bagaimana dengan Angela, kelihatannya kamu juga suka.”
“Sama seperti Ko Indra.. Pertamanya aku tidak begitu suka, namun karena iseng maka aku membeli sepasang. Ketika aku memakainya, rasanya aku sedang terbang dan tubuhku terbuai. Vaginaku rasanya seperti sedang bergetar. Akhirnya aku beli lagi beberapa pasang dan aku sangat menyukainya. Bekas cowoku yang tolol itu tidak suka. Aku tahu Ko Indra melihat aku dengan penuh nafsu, dan entah kenapa aku tidak merasa aneh atau takut. Ketika Ko Indra memegang pahaku, rasanya seluruh badanku menjadi lemas dan nyaman. Akhirnya aku sadar kalau aku juga menyukai pantyhose. Apa Ko Indra sudah sering melakukan ini?”
“Belum, percaya atau tidak Angela adalah yang pertama.”
“Lebih enak mana sama masturbasi?”
“Tentu saja lebih enak bercinta dengan Angela.”
Tiba-tiba Angela bangkit dan mencari sesuatu di lantai. Semua pantyhose yang ada di taruh di atas tubuhku. Tubuhku bergetar merasakan sentuhan lembut dari pantyhose yang lembut. Angela mengambil sebuah stocking berwarna putih transparan, kemudian menyarungkannya ke penisku. Getaran-getaran erotis menghujani kejantananku ketika stocking tersebut bergesekan dengan penisku. Sekarang celah kecil pada ujung kejantananku bertemu dengan garis jahitan pada ujung kaki stocking. Garis itu dengan lembut membelah celah kepala penisku.
“Stocking kondom.” seru Angela dengan senyumnya yang manja.
Stocking tersebut ditarik agak kencang sehingga membaluti seluruh bagian penisku seperti sebuah kondom. Lidah Angela terjulur dan menjilati kepala penisku yang terbalut dengan kondom stocking. Rasanya beda dengan biasanya. Tidak lama kemudian kepala penisku pun hilang di dalam mulutnya yang seksi. Aku benar-benar tersesat dalam jalan kenikmatan duniawi yang tak terbayangkan. Permainan mulut dan lidah angela tetap tidak berkurang nikmatnya, malah bertambah nikmat. Aku terus mengerang nikmat.
Kuarahkan Angela pada posisi doggy style. Sambil memegang ujung Stocking pada pangkal penisku, ku masukan kejantananku ke dalam liang cintanya. Vaginanya yang sudah kebanjiran menerima penisku tanpa gesekan yang berarti. Namun, tetap saja terasa berbeda. Aku tidak dapat menenggelamkan seluruh batang penisku, karena terhalang tanganku yang memegangi kondom stocking agar tidak lepas. Tidak kusangka Angela mengalami orgasme secepat ini. Badannya bergetar hebat dan otot-otot vaginanya menjepit erat kejantananku. Kutarik keluar penisku dan stocking kondomku benar-benar basah akan cairan cinta Angela.
Kuposisikan Angela sehingga dia yang berada di atas dan mulai bercumbu. Setelah beberapa saat, aku arahkan penisku ke dalam vaginanya. Angela memejamkan matanya dan merasakan kejantananku memenuhi seluruh ruangan di dalam lembah kenikmatannya. Angela mengulum telinga dan leher bagian kiriku yang sensitif. Kupegang pinggulnya dan kuangkat naik-turun. Setelah beberapa kali, Angela langsung melakukan gerakan memompa itu sendiri. Lama-lama makin cepat. Ia mengangkat pundaknya dan bertumpu pada kedua tangannya. Ia merasakan rangsangan yang luar biasa karena dalam posisi ini ia dapat dengan mudah merangsang G spotnya.

Kuputuskan untuk membantu Angela mempercepat prosesnya. Ku tarik dan kutekan pinggulku ke bawah saat pinggul Angela terangkat dan ketika pinggulnya turun, langsung ku sodok ke atas. Angela mendesah tiada hentinya. Angela benar-benar mendapatkan rangsangan ganda, karena batang penisku menggesek-gesek klitorisnya dan kepala penisku memberikan tekanan yang mantap pada daerah G spotnya.
“Oh.. Ko Indra..” kutatap wajahnya yang manis yang sedang merasakan getaran-getaran ekstasi yang hebat.
Bunyi ‘plak-plak’ terdengar nyaring setiap kali selangkangan kami bertemu. Penisku tertarik keluar sampai ke ujungnya, kemudian langsung melesat ke dalam dengan cepat.
“Ko.. Indra.. Nanti.. Keluarin.. Di dalam ya..”
“Nanti kalau hamil bagaimana?”
“Lagi masa.. tidak subur..”
sebelumnya 
selanjutnya

Angela 10

Stocking yang ia kenakan tidak dapat menahan cairan manisnya sehingga dengan sinar matahari sore aku dapat melihat dengan jelas ujung stocking bagian atas berwarna lebih gelap seperti terkena air. Tidak lain dapat kusimpulkan cairan itu berasal dari vagina Angela yang sudah sangat sensitif dan horny.
“Angela..”
Ia datang menghampiriku. Langsung kudekap dan kutidurkan Angela di atas ranjang. Kucumbu dengan penuh nafsu pelampiasan dan tangan kiriku mendarat di selangkangannya yang sudah banjir. Kuelus-elus bibir-bibir vaginanya.
Angela mendesah dan bergetar. Kukonsentrasikan jari tengahku pada klitorisnya. Kutekan dengan sedikit kencang dan kugetarkan tanganku. Angela mendesah dengan kencang dan dalam hitungan detik seluruh tubuh Angela menggeliat hebat dan otot-otot pinggulnya bergetar dengan kencang.
“Ko Indra..!” Angela meneriakan namaku.
Gelombang demi gelombang orgasme klitoris Angela membuktikan betapa nikmatnya kenikmatan seksual. Setelah hampir satu menit, orgasmenya mulai mereda. Ia menatapku dengan penuh kasih. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan mencari titik G spotnya. Badannya kembali menggeliat dan desahan yang keluar bagaikan musik erotis di telingaku. Dengan variasi tekanan kurangsang daerah G spotnya.
Sampai pada akhirnya meledaklah orgasmenya. Kukulum payudaranya dan kuhisap kencang-kencang. Otot-otot dinding vaginanya berkontraksi kencang sekali mendorong jariku. Kupertahankan posisiku dan Angela meronta-ronta dalam kenikmatan orgasme yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Cairan yang hangat mengalir keluar dari dalam vaginanya. Aku berpindah posisi dan mengulum vaginanya dan madu murni yang keluar dari dalam. Lidahku kujulurkan dan merangsang kembali G spotnya. Angela kembali bergetar tiada henti. Cairan hangat itu kembali keluar tiada habis. Kuhisap dan kutelan semuanya.
 Setelah puas, aku mengangkat kedua kakinya yang sudah lemas ke pundakku. Kepalaku berada di tengah-tengah kakinya. Kumasukan penisku. Mulutnya terbuka lebar namun tidak ada suara. Penisku menemukan surga didalam vaginanya. Kutarik keluar dan masuk lagi dengan lembut dan stabil. Ku belai dan elus kedua kakinya yang terbungkus stocking yang lembut dan seksi. Angela dengan pasrah menikmati percintaan ini. Matanya terpejam dan nafasnya pendek dan cepat. Aku juga tidak akan dapat bertahan lama setelah semua rangsangan visual yang ia berikan, namun aku mencoba untuk bertahan.

Vaginanya yang sudah terlalu sensitif langsung meledak lagi. Aku sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi, karena dinding-dinding vaginanya meremas-remas penisku. Ku tarik penisku dan memasukannya ke dalam mulut Angela. Dengan setia ia menerima semua semburan orgasme ku dan menghabiskan madu ku. Badanku bergetar dan mendesah nikmat.
Angela membuka matanya dan menatapku dengan manis. Aku tahu dia pasti kelelahan karena mengalami orgasme kuat secara berturut-turut. Setelah bersih kukeluarkan penisku, namun Angela menolaknya. Dengan segenap tenaganya ia berbalik dan membaringkan aku di atas ranjang. Bidadariku terus memberikan oral pada kejantananku yang tetap keras. Lidahnya menelusuri seluruh bagian dari batang penisku. Makin lama Angela semakin fasih meng-oral seks penisku. Kuganjal kepalaku dengan beberapa buah bantal agar dapat melihat pemandangan yang indah ini. Bidadari cantik ku benar-benar sangat menikmati dan menyukainya.
Aku tidak ingin sensasi dan waktu ini berlalu. Aku benar-benar laki-laki yang beruntung. Menit-menitpun berlalu tanpa terasa. Orgasme kuat kembali mengambil alih tubuh dan pikiranku. Kali ini Angela sengaja mengumpulkan madu orgasmeku di dalam mulutnya, kemudian ia bermain-main dengan penisku dan spermaku. Hasilnya penisku berlumuran madu putihku. Sambil tersenyum dan memandangku ia menjilat dan menghisap habis semua madu yang berceceran. Meskipun telah berorgasme dan ejakulasi berkali-kali kejantananku masih menolak untuk istirahat dan tetap horny. Aku tidak mungkin melanjutkannya lagi karena Angela sudah lelah. Dia tertidur dengan senyum puas di dadaku.
Setelah berselang beberapa menit,
“Ko Indra..”
“Iya sayang..” jawabku sambil membelai rambut dan pipinya.
“Cerita dong..”
“Cerita apa?”
“Cerita kenapa Ko Indra suka sekali sama pantyhose.”
“Wah kalau diinget-inget sih sudah lumayan lama juga. Yang pasti pertama kali aku merasakan yang namanya stocking itu waktu aku masih SD, kira-kira kelas satu atau dua. Adik terkecil dari ibuku yang tinggal di medan sedang berkujung ke Jakarta. Dia menginap di rumahku. Suatu hari kami sedang berada di dalam mobil, aku duduk di sebelahnya. Secara tidak sengaja kakiku menyenggol betisnya. Sentuhan pertama itu bagaikan perkenalan dengan sebuah sensasi yang tidak dapat kulupakan. Tanteku memakai stocking berwarna kulit. Sepanjang perjalanan kakiku selalu menempel dengan kakinya dan sesekali mengelus-elusnya. Dia tidak mengatakan apa-apa mungkin karena aku masih kecil dan iseng. Setelah itu aku tidak pernah dapat melupakan perasaan itu.”
“Terus..”
“Ketika aku tumbuh makin besar aku mulai suka memperhatikan perempuan-perempuan yang memakai stocking dan pantyhose, dan penisku langsung berdiri dengan tegak. Rasa nafsu dan horny menguasai pikiranku. Ketika sampai di rumah dan tidak ada yang memperhatikan, aku bermain-main dengan penisku sambil membayangkan bercinta dengan perempuan yang memakai pantyhose/stocking tadi.”
Angela tersenyum dan tangannya bermain-main dengan penisku yang masih keras.

seelumnya
selanjutnya