“Gara-gara aku ya?”
Tiba-tiba saja Angela mencium pipi kiriku.
“Cuma Ko Indra yang bisa membahagiakanku.”
Rasanya jantungku hendak meloncat keluar mendengar pernyataannya.
Kuelus-elus pahanya yang dengan manis terbungkus oleh ultra sheer
pantyhose berwarna putih sambil tersenyum manis.
Setelah beberapa saat, kami tiba di Plaza Senayan. Sambil bergandengan
tangan kami memasuki pintu samping Plaza. Kami masuk ke Metro dan
langsung menuju ke bagian pakaian dalam. Angela melihatku dengan
senyumnya yang nakal. Kami mulai dari lantai dasar yang banyak menjual
sepatu-sepatu wanita. Aku menyodorkan beberapa pasang sepatu tali yang
sexy dan bagus. Ternyata Angela juga menyukainya dan aku membeli 2
pasang sepatu tali yang ber-hak tinggi dan sedang untuk Angela. Kemudian
kami naik ke lantai atas untuk melihat-lihat stocking dan pantyhose
yang dipajang pada counternya dan sibuk membahasnya. Akhirnya kami
memutuskan untuk membeli semua merk yang ada dalam beberapa warna. Namun
kali ini Angela yang memaksa untuk membayar. Setelah itu kami makan
siang di sebuah cafe di lantai atas.
Aku sengaja memilih tempat yang terletak disudut ruangan. Kami duduk di
sofa yang menempel pada kedua sisi ruangan. Kami memesan dua piring
spagheti, dan jus untuk makan siang kami. Setelah pelayan yang mencatat
pesanan kami pergi, aku sibuk memeriksa sekeliling kami. Suasana masih
sepi dan tidak ada yang memperhatikan kami, yang terpenting adalah
taplak meja yang panjangnya sampai ke lantai. Benar-benar cocok untuk
melaksanakan rencanaku. Dengan sekejap aku masuk ke bawah meja.
“Ko Indra..” Angela berusaha menyingkap kain yang menutupiku.
“Ssst.. Jangan keras-keras, nanti ketahuan..” Bisikku.
“Mau ngapain sih?”
“Ada deh..” Jawabku dengan senyum nakal.
“Ssst.. Jangan keras-keras, nanti ketahuan..” Bisikku.
“Mau ngapain sih?”
“Ada deh..” Jawabku dengan senyum nakal.
Kurapikan kain penutup meja itu sehingga menutupi seluruh bagian
pinggang Angela. Kemudian kubuka kedua kaki Angela yang menutupi
selangkangannya. Lalu aku belai-belai vaginanya yang terbalut oleh
pantyhose putih yang seksi.
“Ko Indra.. Jangan di sini nanti ada yang melihat..” Bisiknya.
Aku mengacuhkan bisikannya, karena aku merasakan bahwa Angela tidak
memakai celana dalam dan pantyhose yang dikenakannya adalah yang ‘sheer
to waist’. Langsung saja kukulum vaginanya sambil membelai-belai kakinya
yang panjang dan lembut.
“Ko Indra..”
Aku dapat merasakan sensasi nikmat yang menghanyutkan bersamaan dengan
perasaan takut begitu pula dengan Angela. Kujilati seluruh bagian dari
selangkangan Angela. Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cairan
manis yang khas mengalir dari vaginanya dan bercampur dengan kulumanku
yang basah. Aku menjadi semakin bersemangat dan horny. Kupercepat
kuluman dan tarian erotis lidahku. Sensasi yang menggelitik dan eksotis
membuat tubuh Angela bergetar-getar. Aku yakin Angela pasti sedang
berusaha keras untuk menahan ekspresinya dan menahan desahannya. Penisku
meronta-ronta untuk keluar dari dekapan celana dalamku. Aku terus
melahap Angela dengan penuh nafsu, dan tanganku tidak henti-hentinya
membelai dan mengelus-elus kakinya.
“Silahkan Minumnya.” Terdengar suara dari seorang pelayan wanita yang mengantarkan minuman.
“Terima kasih..” jawab Angela dengan suara yang sedikit bergetar.
“Terima kasih..” jawab Angela dengan suara yang sedikit bergetar.
Aku dapat merasakan Angela sedang menyedot jus yang baru saja di antar.
Tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam taplak meja dan
mengelus-ngelus kepalaku. Tidak lama kemudian terdengar lagi suara dari
pelayan wanita yang sama, membawakan pesanan kami. Setelah meletakan
pesanan kami, pelayan itu meninggalkan Angela.
“Sayang ayo dimakan dulu.” Bisikku dari bawah.
Angela dengan kikuk mencoba memakan spagheti yang telah kami pesan. Dia
berusaha untuk tenang dan mencoba menikmati makanannya. Aku tahu dengan
pasti sensasi yang dihasilkan oleh vaginanya (dengan pertolongan lidahku
yang nakal) telah mengambil alih kesadarannya. Tiba-tiba saja terdengar
suara langkah kaki yang mendekat, bersamaan dengan itu pula kedua kaki
Angela menjepit kepalaku dengan kencang. Akhirnya aku merasakan
otot-otot pinggul dan kakinya berkontraksi dengan keras. Cairan
orgasmenya mengalir makin banyak, kulahap semua sampai tak tersisa.
Badan Angela sedikit berguncang dan mengeluarkan suara seperti tersedak.
“Apa Ibu tidak apa-apa?”
“Oh.. Tidak.. Cuma sedikit tersedak..” Jawabnya dengan gugup.
“Oh.. Tidak.. Cuma sedikit tersedak..” Jawabnya dengan gugup.
Tidak kusangka Angela masih dapat berbicara menutupi keadaannya yang
sedang orgasme. Setelah beberapa saat, Angela mulai mengendorkan jepitan
kakinya, otot-otot pinggulnyapun mulai rileks. Aku mengintip dari
belakang kain untuk melihat keadaan dan langsung aku keluar dari kolong
meja dan duduk di sebelahnya.
“Batuk ya?” tanyaku.
“Ko Indra! Hampir saja tadi ketahuan!” Serunya sambil mencubit kecil pahaku.
“Tapi seru kan?” jawabku sambil tertawa kecil.
“Iya.. Tapi sekarang waktunya pembalasan!”
“Ko Indra! Hampir saja tadi ketahuan!” Serunya sambil mencubit kecil pahaku.
“Tapi seru kan?” jawabku sambil tertawa kecil.
“Iya.. Tapi sekarang waktunya pembalasan!”
Dengan cepat Angela memeriksa keadaan dan langsung turun ke bawah meja.
Dengan cekatan Angela membuka resleting celanaku dan membebaskan penisku
dari kurungan celana dalamku. Langsung saja penisku berdiri dengan
tegak. Tanpa mengulur waktu Angela mulai menjilati ujungkepala penisku,
menikmati cairan pra orgasme yang telah membasahi kepala penisku.
Lidahnya yang lembut dan hangat menari-nari indah, diselingi dengan
kuluman yang dalam. Gerakan Angela sangat agresif seakan-akan ingin
membuatk meledak saat itu juga. Aku tentu saja tenggelam dalam
kenikmatan eksotis dan erotis yang diberikan oleh Angela.
Sebelumnya
Selanjutnya
Sebelumnya
Selanjutnya
No comments:
Post a Comment