Pelangi di Malam Hari

Ah, dia muncul lagi di depanku. Ini membuatku semakin tak mampu untuk melupakannya. Berbagai cara telah kulakukan untuk melupakan semua tentangnya, namun hasilnya nihil. Aku tak berhasil.
Sudah lebih dari 5 tahun aku mendambanya. Namun, saat takdir tak berpihak kepadaku ya dengan terpaksa aku akan menerimanya seperti saat ini. Dia diapit oleh seorang perempuan yang mungkin sudah ku kenal karena dia adalah teman sekelasku. Rizal – itulah nama lelaki yang sedang berlenggang mesra dengan perempuan itu. Sakit hati yang mendalam sudah menjadi sarapan sehari-hari untukku dan tentunya makan siangku juga. Aku kesal melihat mereka begitu mesra hingga membuat setiap mata memandang akan iri melihatnya.
“Sabar Din, mungkin ini cobaan.” ledek sahabatku ini. Memang dia tahu benar yang sedang kurasakan dan aku hanya dapat mendengus kesal. Ingin sekali aku menjambak rambut Katrina itu yang tengah mengapit erat tangan Rizal.
“Apa sih Res kurangku? Apa aku kurang sabar menantinya? Padahal semua hal sudah kulakukan untuk mendapatkannya. Bahkan aku sudah mengatakan isi hatiku kepadanya. Apa itu belum cukup?” tak kuasa melihat tingkah mereka berdua aku pun menangis dan menumpahkan semua airmataku.
“Sudahlah jangan begini. Jangan menangis Dinda. Bukankah cinta itu tak harus memiliki? Mungkin dia dapat merasakannya di kemudian hari.” Reska mencoba menenangkanku yang tengah menangis dan beranjak pergi.
Malam ini memang begitu indah, sejuta bintang pun tempil menghiasi cakrawala malam dan ikut serta menemani bulan. Aku termenung memikirkan kelanjutan kisah cintaku dengannya. Masihkah aku harus menunggunya atau mengakhirinya? Pertanyaan inilah yang tengah membayang-bayangiku tanpa aku tahu jawaban pastinya. Aku tau dia tak pernah melihatku, bahkan mungkin dia tidak pernah menganggap pernah mengenalku. Jika mengingat kenyataan ini, makin mustahil untukku memiliki Rizal. Egoku yang tinggi sangat mengendalikan semua gerak tubuh dan hati untuk menolak takdir bahwa dia bukanlah untukku. Aku selalu berusaha membantah jika dia tidak bisa kuharapkan.
Mungkin kata orang itu benar. Aku menunggunya bagai, menunggu Pelangi di Malam Hari.

cerpenmu.com

No comments:

Post a Comment